Posted by
Unknown
|
0
comments
Awal Cerita Menjadi Motivator
Dalam perkembangannya dunia motivasi sangat dibutuhkan masyarakat untuk meningkatkan gairah dan semangatnya dalam meraih mimpi. maka dalam peranannya sebagai motivator andriwongso banyak melalakukan riset dan berbagi hikayah untuk membangkitkan gairah dan semangat para fighter dalam merealisasikan impiannya. berikut adalah sedikit artikel tentang pngembangan diri oleh mario yang dapat saya kutip dari berbagai media :
Pak Mario, apakah Pak Mario melihat diri Anda sendiri pandai?
Tidak. Saya tidak pernah merasa pandai.
Apakah Pak Mario pernah juara kelas?
Tidak. Tapi pernah juara 3 waktu masih SD, tidak jelas pada kelas berapa.
Nilai Anda selalu tinggi?
Tidak. Di kelas 2 SMP III Malang, saya pernah dapat nilai merah, untuk 5 mata pelajaran. Di SMA, saya lulus dengan IPK kalau tidak salah rata-rata 3.56. Tapi itu bukan karena saya pandai, mungkin karena saya disayangi para guru. Habis waktu itu saya agak unyu-unyu. (ge-er.com)
Di perguruan tinggi bagaimana?
Saya lulus karena doa orang tua, dan mungkin karena wajah saya yang memelas. Saya lulus SMA di Chicago, dapat S1 dari IKIP Malang, kemudian dapat sertifikat untuk satu semester di Sophia University di Tokyo, dan MBA dari Indiana University. Semua sekolah di luar negeri itu saya dapatkan dari mengikuti dan menang kontes untuk beasiswa bagi siswa asing.
Berarti orang tua Anda kaya?
Lho? Itu semua dari beasiswa yang saya menangkan dari mengikuti kontes internasional. Keluarga kami sangat bersahaja. Saya anak pertama dari seorang pensiunan Kapten dari Angkatan Darat, yang membiayai ke 5 anak-anaknya.
Banyak dari kami mengira Pak Mario anak orang kaya yang tidak pernah merasakan kemiskinan.
Hmm … apakah Anda tidak melihat sisa-sisa kemiskinan di wajah saya?
He he .. iya, masih kelihatan.
Tapi, apakah kemiskinan menyiksa Anda?
Pada saat saya masih kecil, saya tidak mengerti apa itu kemiskinan. Tapi menjelang remaja, saya sudah mulai merasakan batasan-batasan yang menghadang keinginan seorang remaja untuk sarana dan pembiayaan pendidikan atau gaya hidup yang sesuai dengan impian dan harapannya.
Apakah ada penyesalan?
Saya tidak menyesali, karena itu sama dengan menyalahkan orang tua saya atas kelemahan kami. Saya hanya marah, entah kepada siapa. Tapi tenaga kemarahan itu saya gunakan untuk belajar, aktif dalam organisasi sekolah dan kampus, mengembangkan hobi teknik dan ketertarikan saya dalam seni lukis.
Anda pelukis?
Mungkin tidak sepenuhnya, tapi saya membiayai sekolah saya di SMA di Chicaga dan MBA di Indiana University dengan melukis, menjadi pelayan di restauran, memotong rumput dan mengecat rumah di sekitar kampus.
Apakah Anda berbisnis sejak muda?
----------- Part TWO
0 comments: